A.
Pengertian Evaluasi
Kata evaluasi selalu melekat dalam proses pembelajaran, secara
sederhana evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian terhadap peserta didik.
o Menurut Arifin (2012)
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan
untuk menentukan kualitas(nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.
o Menurut
Guba dan Lincoln (1985 : 35)
Evaluasi adalah
suatu proses untuk menggambarkan evaluan (orang yang dievaluasi) dan menimbang
makna dan nilainya.
o Menurut
Sax (1980 : 18)
Evaluasi
adalah suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan suatu nilai dibuat
dari berbagai pengamatan, latar belakang serta pelatihan dari evaluator.
B.
Tujuan Evaluasi
Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu usaha untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi system pembelajaran baik
yang menyangkut tentang tujuan, meteri, metode, media, sumber belajar,
lingkungan maupun system penilaian itu sendiri.
C.
Jenis Evaluasi
Jenis evaluasi
berdasarkan waktu terdiri dari tiga jenis yaitu:
- Evaluasi sewaktu berjalan (on going evaluation)
Suatu
analisis yang dilakukan ketika pelaksanaan proyek sedang berlangsung yang
dilakukan untuk membantu para pengambil keputusan apakah proyek dapat
dipertahankan atau tidak.
- Evaluasi akhir (terminal evaluation)
Evaluasi
yang dilaksanakan paling tidak enam sampai dua belas bulan setelah proyek
berakhir atau sebelum memulai fase proyek berikutnya sebagai pengganti ex post
evaluation (evaluasi menyeluruh) pada proyek-proyek berjangka waktu singkat
yang kebanyakan berjangka waktu satu tahun.
- Evaluasi menyeluruh (ex post evaluation)
Evaluasi
pada saat perkembangan proyek telah tercapai sepenuhnya, yaitu beberapa tahun
setelah proyek ini berakhir, bila manfaat dan dampak yang diharapkan dari
proyek telah terealisasi sepenuhnya.
Apabila dilihat
dari jenisnya, Mardikanto (1993) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis evaluasi,
yaitu:
- Evaluasi program adalah evaluasi untuk mengkaji kembali usulan program yang sudah dirumuskan sebelum proyek itu dilaksanakan. Tentang evaluasi program ini, secara khusus Rossi dalam Mardikanto (1993) sangat menekankan pentingnya kegiatan evaluasi terhadap:
1.
Siapa (kelompok) sasaran program, dimana
lokasinya, dan bagaimana spesifikasi (kekhususan) kelompok sasaran program
tersebut.
2.
Apakah metode yang terbaik yang akan dilakukan
demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
3.
Apakah program tersebut benar-benar konsisten
dengan tujuan yang diinginkan.
4.
Seberapa jauh peluang keberhasilan program yang
akan dilaksanakan.
- Evaluasi proses dan evaluasi hasil.
1.
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan
untuk mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilaksanakan itu
sesuai dengan proses kegiatan yang seharusnya dilaksanakan sebagaimana telah
dirumuskan dari dalam programnya.
2.
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan
untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan yang direncanakan telah dapat
dicapai dengan baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.
Berdasarkan
objek, evaluasi di bagi dalam beberapa jenis yaitu :
o Evaluasi
input
Evaluasi
input yaitu evaluasi terhadap siswa mencakup kepribadian, sikap, da
keyakinan. Tujuan utama input adalah untuk meentukan bagaimana
memanfaatkan input dalam mencapai tujuan program. Contoh : program
pemanduan anak bakat. Tujuan adalah, untuk mengembangkan kemampuan anak
berbakat dalam bidang musik. Maka dalam program itu dinilai input yang
bagaimanakah dapat menunjang pencapaian tujuan tersebut. Antara lain :
a.
Program pembinaan
b.
Biaya
c.
Hamabatan-hambatan
d.
Strategi yang mungkin dipilih
e.
Fasilitas belajar
f.
Lingkungan
g.
Sarana prasarana
h.
Bagaimana kualitas anak berbakat
i.
Kualitas staf yang mampu mendukung kegiatan
belajar
o Evaluasi
transformasi
Evaluasi
terhadap [unsur-unsur transformasi proses pembelajaran antara lain materi,
media, metode-metode dan lain-lain.
o Evaluasi
output
Evaluasi
terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
Menurut Scriven
dalam Yusuf (2000) membedakan evaluasi menjadi dua; evaluasi
formatif dan sumatif.
o Evaluasi
formatif
dilaksanakan selama program berjalan untuk memberi informasi kepada pemimpin
program untuk perbaikan program.
o Evaluasi
sumatif
dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen potensial
tentang manfaat program.
D.
Prinsip Evaluasi
1)
Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam
program pengajaran disamping tujuan intruksional dan materi serta metode pengajaran.
Evauasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional
pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran, serta evaluasi merupakan
tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu perencanaan
evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga
dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan intruksional dan materi
pengajaran yang hendak disajikan.
2)
Keterlibatan
peserta didik ( siswa )
Prinsip ini berkaitan dengan metode belajar CBSA
( Cara Belajar Siswa Aktif ) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif,
karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi
kebutuhan mutlak, untuk mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan
belajr mengajar yang dijalaninya secara aktif. Penyajian evaluasi oleh guru
merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi mengenai
kemajuannya dalam program belajar mengajar.
3)
Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi
harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan
ranah kemampuan yang hendak diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun alat
evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukur bahan
yang belum disajikan dalam kegiatan belajar mengajar. Demikian pula tidak
diterima apabila alat evaluasi berisi butir yang tidak berkaitan dengan bidang
kemampuan yang hendak diukur.
4)
Pedagogis
Sebgai alat penilai hasil belajar. Di samping
itu Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan
sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi
motivator bagi diri siswa.
5)
Akuntabel
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran
maka evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertnggungjawaban
bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.
E.
Instrumen Evaluasi Yang Baik
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain :
oValiditas
Validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid
tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
o Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen
tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapan disini tidak diartikan
selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg.
o Objectivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas
pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh
subyektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu
kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi yang dilakukan berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang keadaan audience yang dinilai.
Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak
akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan audience yang di
evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
o Pratikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi
apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah
dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan
kepada audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah
pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi
petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain.
o Ekomonis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya
yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
o Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu
merangsang audience mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu
sukar membuat audiece putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi
karena diluar jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi
simbul p yang dinyatakan dengan “Proporsi”.
o Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut
membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience
yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat
dengan D dan dinyatakan dengan Index Diskriminasi.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar